Palabuhanratu adalah salah satu kawasan wisata Jawa Barat di pesisir pantai selatan laut Jawa. Di sekitar kawasan ini ada beberapa gereja, dan mereka perlu kita dukung doakan dan saling memperhatikan.
Seminar, Training dan doa Keliling
Di sela-sela waktu yang kosong, saya bersama bapak gembala mengadakan kunjungan dan mengambil gambar video di kawasan wisata local seperti di Cimaja, Pantai waru, Air panas Cisolok yang pada saat itu dikunjungi pelancong local dan dari Austia. Di kawasan ini sempat pula kami mendoakan bapak Husein yang sakit sudah lebih 4 tahun dan ketika kami bercakap-cakap ternyata ia dahulunya seorang Kristen dari suku sunda, tetapi entah kenapa tinggalkan Tuhan. Kesempatan itu kami berdoa dan memberi sedikit berkat menolong dia.
Pada kesempatan lainnya saya bersama Maureen putrid gembala naik sepeda motor dan berkeliling berdoa syafaat di sekitar pantai dan kawasan pasar pelabuhan ikan. Miris juga hati melihat banyaknya perahu-perahu yang tertambat tak beroperasi karena BBM naik tinggi,
Ketika tugas sudah selesai, saya cukup berdoa saja, kiranya Tuhan menjamah, memulihkan Palabuhanratu yang pada saat ini sangat terpukul karena merosotnya pengunjung wisata, dan tingginya BBM yang sangat mengganggu operasioanl para nelayan.
Ekspedisi Kedua.
KKR bersama team GPIA Semarang dan Training Musik.
Hari ini Jumat 11 Juli 2008 aku berangkat ke Palabuhanratu, melayani di Gereja Pantekosta di Indonesia. Setelah mengadakan perjalanan darat dengan bus Laju Utama Bekasi-Bogor selama 2 jam 30 menit dan MGI Bogor-Palabuhanratu selama 3 jam 30 menit, sayapun tiba di pastori GPdI kota Palabuhanratu.
Hari ini bapak gembala tidak bisa jemput saya karena baru mengalami cedera “accident” naik sepeda motor ketika hendak melakukan tugas pelayanan ke Bogor. Maka untuk tidak mengganggu bapak gembala saya naik ojek saja dengan hanya membayar Rp. 5000,- karena hanya sekitar 3 km dari terminal bus.
Pada Sabtu sore, KKR bersama team dari Semarang berlangsung dengan baik, walau pada awal mula start ada storing pada bagian sound system, tapi tak lama kemudian berjalan dengan lancar. Dan KKR malam ini dihadiri sekitar 70 orang, terdiri dari 32 personil team Semarang dengan komposisi, team paduan suara, pemusik keyboard, peniup suling bambu, fotografer, pesaksi dan pengkotbah.
Pelayanan dari team Semarang yang datang dengan Bus Nusantara asal Jawa ini cukup membangkitkan jemaat, karena umumnya yang hadir adalah orang-orang tua dan rata-rata adalah pedagang. Dari sini jemaat boleh belajar bahwa setiap anak Tuhan dituntut untuk tetap mengutamakan pelayanan disbanding yang lainnya.
Dan ketika firman Tuhan usai disampaikan dan beberapa tembang koor dilantunkan tiba saatnya mengumpulkan persembahan dan kesempatan ini pula saya bersama group band, menampilkan satu lagu karangan saya yang tidak lama lagi dapat digunakan sebagai ring tone HP yaitu Gerakan Allah produksi Solagracia Record. Jemaat cukup gembira dengan lagu tempo cepat itu, sebagai keseimbangan dari koor yang sangat memukau jiwa.
Pada hari minggu pagi pukul 9.30 saya melayani di Gekesia pimpinan bapak pendeta Reman S.Th, membantu, melayani musik bass dan kesaksian. Di gereja ini saya sangat bergembira karena boleh jumpa dengan bapak gembala dan keluarganya serta jemaat yang berasal dari berbagai suku bangsa; ambon, batak, sunda dan melayu.
Di gereja ini pula saya diberkati karena boleh berjumpa dengan seorang ibu bermur sekitar 60 tahun. Ia seorang anak Tuhan dari etnis Sunda yang baru 9 tahun menerima Kristus. Yang cukup membanggakan sekalipun ibu ini hanya seorang pedagang kue keliling berjalan kaki, tetapi ia semangat bersaksi kepada orang-orang lain. Ia katakana, “ aku rajin bersaksi banyak orang diberkati, tetapi keluargaku belum ada yang ikut Yesus”, katanya dengan logat sunda yang kental pula.
Pada senen pagi jam 4.30, kami berdoa di gereja GPdI Siloam dengan di hadiri 9 orang terdiri dari anak-anak, pemuda dan orangtua. Ini merupakan penyegaran kembali dimana-beberapa jemaat sangat meresponi bahwa doa pagi sangat besar manfaatnya bagi kemajuan pribadi jemaat dan gereja.
Siang hari saya berkunjung dan berdoa di tengah-tengah keluarga bapak Lukas. Dan dari keluarga ini saya meneruskan pejalanan dengan bersepeda motor ke kantor dinas pariwisata untuk mendapatkan informasi, buku pariwisata serta membagi pengalaman tentang perjalanan saya ke beberapa kawasan di Asia Tenggara, sebagai masukan yang sangat bermanfaat bagi pengembangan kawasan wisata di Palabuhanratu.
Sore hari saya mengantar pak Leo berobat di dekat desa Cimaja. Dan kesempatan itu pula berjumpa dengan misionaris asal Korea, Mr Min yang mengelola pelayanan dan pusat training di Yayasan Tanah Kaanan. Banyak hal yang kami percakapkan termasuk keterlibatan bangsa Korea dalam memajukan pekerjaan misi di berbagai belahan bumi, yang mereka responi sebagai panggilan yang tidak boleh ditawar-tawar.
Dengan mantap bapa itu berkata, bahwa ketika Korea membuat pekerjaan misi sebagai tugas utama, sedang bisnis adalah hal berikutnya, maka saat itu pula Korea memadukan pekerjaan misi dengan kesenangan belajar ilmu pengetahuan, teknologi kepada bangsa-bangsa yang sudah maju bahkan yang masih tertinggal.
Dan kita melihat bangsa eks jajahan Jepang ini menjadi bangsa yang diperhitungkan bukan saja di Asia tetapi di seantero jagat raya, termasuk yang pernah menjajahnya yaitu Jepang. Satu hal yang menarik, bahwa filosofi kerja Korea adalah CEPAT ! Artinya dalam hal apapun harus dikerjakan segera, tidak boleh lambat apalagi menunda. Hal ini parallel dengan firman Tuhan :
Sebelum menyelesaikan tugas, maka satu pelayanan masih harus saya kerjakan untuk melayani para pelayan inti, pada malam hari. Tujuan utama membangun komitmen para pelayan inti dalam tugas masing-masing. Dan melalui model hamba istri Naaman, yaitu budak perempuan yang ditawan pada masa perang Aram melawan Israel, setiap peserta digairahkan kembali untuk tetap semangat, berjuang, dan mau bekerja keras untuk melakukan tugas dan tanggung jawab bagi kemajuan pekerjaan Tuhan sesuai bidang masing-masing, paralel dengan dengan utama tiga pola hidup manusia: sebagai prajurit, olahraragawan dan petani. Hal ini sungguh menggairhakan dan diharapkan akan membawa dampak besar bagi pertumbuhan dan pertambahan jemaat Tuhan di Pelabuhanratu.
Setelah tugas selesai maka pada Selasa pagi sayapun pamit dari gembala, dan pulang menuju Bekasi, dan sebelumnya membeli oleh-oleh ikan kering buat keluarga.