Terimalah Berita Baik melalui internet anda !

"But when the Holy Spirit comes upon you, you will be filled with power, and you will be witnesses for me in Jerusalem, in all of Judea and Samaria, and to the ends of the earth..."Acts 1:8






Dengarkan Siaran ASIANCROSS Radio Pemenang !









10.29.2010

JOM KE DANAU TOBA....



MIMPIKAH AKU
DI
DANAU TOBA
ADA TWIN TOWER
Kedua ?

Penulis : Hotben Siahaan, M.Min / email: asiancross2@yahoo.co.id
---------------

BAYANGKAN membangun tugu makam di sekitar lembah Silindung, Toba dan sekitarnya dengan biaya yang sangat besar bisa dilakukan satu keluarga atau marga…Tapi hitung ada berapa tugu dan berapa besar nilainya semua itu kalau dijumlah mungkn bisa mencapai nilai bangunan sehebat Twin Tower di Kuala Lumpur Malaysia……

Lalu pengaruhnya apa ? Sudah pasti lain, maka dari sekarang coba putar otak, mari hitung hitunglah,…kalau ini tercapai barulah Danau Toba serta bangsa Batak terangkat kembali…karena ternyata akan lahirlah sebuah kota wisata besar di tepi danau seperti Singapore, Pulau Penang, Phuket, Hongkong…

Transformasi Danau Toba harus dilakukan sekarang. Kita jangan terlena dengan rancangan kawasan industri di Batam, Bintan, Karimun di Kepulauan Riau dan di daerah lainnya. Gong Transformasi Danau Toba diserukan ke seluruh dunia sebagai kawasan industri pariwisata internasional yang mampu menarik mata dunia melihat kebangkitan danau terbesar di dunia itu. Panorama yang indah dan sejuk tepat sebagai pusat studi dan riset internasional bagi universitas dan college luar negeri untuk membuka cabangnya di sini terutama yang berhubungan dengan industri pariwisata, seperti perhotelan, seni budaya, musik, keagamaan, pusat bahasa, manajemen, computer, IT, fashion, garmen, kulinari, pusat kesehatan, olah raga air, kilang makanan dan minuman kemasan dan lain sebagainya.

Bagi putra-putri bangsa dari Aceh hingga Papua akan memilih Danau Toba sebagai tempat belajar karena menggunakan bahasa internasional secara langsung disamping bahasa Indonesia sehingga masuk dunia kerja lebih berdaya saing. Untuk urusan bisnis dan pelancongan di tanah air dan mancanegara seperti ke Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Korea, Taiwan, China, India, Timur Tengah, Australia, Eropah, Amerika dan Afrika semakin mudah dan murah. Mereka akan membuka kantor cabang perusahaannya di kawasan pelancongan serta membuat jadwal kunjungan skala besar melihat atraksi seni ragam bangsa di dunia yang dirancang sebagai even internasional di Danau Toba.. Kita boleh melihat yang baik dari Malaysia dalam mengelola pulau Langkawi dan Singapura mengelola pulau Sentosa bahkan Thailand dengan pulau Phuketnya Tiga negara ini mengelola pulau wisata dengan hebat, mengapa kita tak ikut cara mereka Apa yang baik kita boleh tiru, bila perlu membentuk sebuah konsorsium khusus Kawasan Wisata Danau Toba supaya managemen bagus dan permodalan pun lebih kuat.


My Story : Hana Margaretha Siahaan

Pulang ke kampung opungku di Rajamaligas dengan papa sungguh menyenangkan. Inilah perjalanan yang pertama dan yang paling berkesan bagiku yaitu melihat keindahan Danau Toba yang selama ini kudengar dari papa, mama dan abangku yang sudah ke sana serta melihat lewat film Legenda Danau Toba di televisi.

Kami starting dari Jakarta, 26 Desember 2009 naik pesawat Lion Air menuju Pekanbaru. Dari Pekanbaru kami ke Kota Pinang, Sumatra Utara naik bus mikro “Indah Karya”.

Setelah beberapa hari mengikuti pelayanan papa di Kota Pinang kami ke Rajamaligas 40 km dari kota Pematang Siantar, bersama segenap keluarga menggunakan mobil kijang bapa tua, untuk acara tahun baru dan pesta syukuran opung yang sudah berumur 70 tahun hari Sabtu, 2 Januari 2010.

Usai pesta aku dan papa serta amangboru Desmon Harianja yang gembala sidang di Gereja Pentakosta Di Indonesia, Aek Kanopan, berangkat ke Danau Toba mengendarai sepeda motor Honda yang biasa dipakai opung melayani. Dalam perjalanan aku sangat senang. Aku duduk di depan sehingga leluasa melihat keindahan perkampungan, hamparan sawah, kebun sawit dan coklat yang subur, bahkan kami melintasi SMA 1 Pematang Siantar tempat papa sekolah dulu. Saat memasuki jalan menuju Parapat aku tambah girang. Jalan yang berkelok-kelok, naik turun membelah gunung Bukit Barisan yang ditumbuhi pohon cemara terasa segar saat angin sejuk berhembus menyapu wajah. Itu mobil-mobil dan sepeda motor di depan dan di belakang kami tampak indah beriringan walau tak ada yang mengomandoi.

Selama 3 jam perjalanan kami tetap prima. Di desa Tapian Nauli kami berhenti sejenak bermain-main dengan sekawanan monyet yang berkeliaran di jalan raya. Banyak penumpang kenderaan yang berhenti sekedar memberi kacang dan makanan untuk keluarga monyet itu. Tidak lama kemudian kami terus meluncur, tepat di kilometer 6 dekat Parapat kami beristirahat dan memandangi keindahan Danau Toba serta pulau Samosir yang tersohor sampai ke mancanegara itu. Aku sangat kagum sampai-sampai kugambarkan di buku bagaimana indahnya Danau Toba. Sambil minum dan makan snack, aku terus mengagumi keindahan Danau Toba. Rasanya enggan meninggalkan tempat peranginan itu. Tapi karena waktu tak banyak kami buru-buru turun terus dan akhirnya sampailah di kota Parapat, kota yang ada di bibir pantai Danau Toba.

Di sana kami jumpai para pelancong asyik bermain sampan bebek dan speed boat juga ada anak-anak bermain layangan. Mereka datang dari luar kota sebab kami lihat plat mobil mereka ada dari Jakarta dan kota-kota lain di Sumatera. Perjalanan selanjutnya menyeberang ke pulau Samosir berikut sepeda motor dengan menumpang kapal wisata “Sumber”. Harga ongkos murah saja. Satu orang Rp. 4.000, sepeda motor Rp. 5.000,- dengan jarak tempuh dari pelabuhan Ajibata ke Tuk – Tuk Samosir mencapai 45 menit. Di kapal penumpang tak banyak tapi sepeda motor banyak. Yang cukup menghibur dalam kapal ini kami berjumpa dengan dua orang kenalan baru dari Malaysia orang Tamil India yang berlibur ke Danau Toba juga membawa sepeda motor dari Medan. Papa asyik saja berbincang-bincang seputar kawasan wisata antara Indonesia dan Malaysia, sedang aku dan amangboru berjalan-jalan di tepi-tepi kapal pesiar mini itu. Saat berpisah aku melihat papa memberikan 1 keping VCD rohani kepada orang India itu, yang papa bawa dan memberikannya kepada orang-orang tertentu yang kami jumpai dalam perjalanan.

Kata amangboru, melancong dengan sepeda motor lebih menguntungkan karena hampir semua kawasan wisata di sekitar Tuk-Tuk dapat dikunjungi, seperti lokasi tari si gale-gale yang menjadi ikon pulau Samosir, pasar tradisionil yang menjajakan souvenir khas batak serta menikmati makanan khas ikan danau, jagung bakar dan durian hasil tanaman dari pulau itu. Setelah puas berkeliling dan membeli beberapa cendramata, pukul 16.30 kami bersiap-siap menuju kapal kembali ke Ajibata. Karena kami tidak mau pulang terlalu malam apalagi ketika itu cuaca mendung dan di beberapa tempat kami juga diguyur hujan. Dari Ajibata kami terus pulang dan singgah sebentar di Pematang Siantar, bersantap malam mie dan nasi goreng khas Siantar. Kata papa bila ke Siantar tak lengkap bila belum nikmati mie Siantar yang dicampur dengan babi merah nan gurih. Untuk membagi sukacita itu kami membeli beberapa porsi mie dan roti serikaya tulen untuk orang tua serta keluarga yang menunggu di rumah…Kata papa ini makanan kesukaan opung yang ia ingat semasa sekolah dulu…


KESAN DAN IMPIAN

Pulang dari Danau Toba, Hana anakku punya cerita yang panjang lebar kepada opung dan saudara-saudara di rumah. Tapi saya masih merasa heran karena dalam perkunjungan ini tak banyak kami jumpai turis asing dari Eropah, Amerika atau negara-negara lainnya. Berbeda jauh dibanding puluhan tahun yang lampau, padahal ini baru tanggal 4 Januari 2010, yang banyak hanyalah pelancong lokal dan itupun di pulau Samosir sementara di Parapat dan di tepi-tepi danau sepi pengunjung. Saya pikir mengapa danau seindah ini tak lagi banyak dikunjungi turis mancanegara seperti di masa kecil saya yang sering berkunjung bila ada program wisata dari perusahaan kelapa sawit tempat ayah bekerja serta piknik study tour rombongan sekolah.

Yang menyedihkan, di sekitar pantai Danau Toba nyaris kusam karena disana-sini tampak gersang. Sampah dimana-mana, jalan aspal banyak lobang dan tergenang air. Belum lagi kolam ikan terapung “kerambah” di jalur wisata yang mengganggu keindahan serta kenyamanan bila menggunakan speed boat atau perahu. Ini seperti bukan kawasan wisata saja, jauh dibanding puluhan tahun lalu, apalagi saya banyak mengunjungi kawasan wisata di berbagai negara, Danau Toba sungguh terperosok.

Tapi bila kembali kepada topik bincang-bincang saya dengan orang Malaysia tadi ada sebuah harapan yang amat besar. Danau Toba yang manjadi tanah leluhur 6 etnis batak seluruh dunia seharusnya bisa menjadi pusat sejarah suku itu sendiri. Tapi karena tak bersatu, dan tak ada upaya untuk membangkitkan pamor dan potensi Danau Toba, akhirnya seperti hidup segan mati tak mau. Di sisi lain Danau Toba sudah menjadi milik dunia, tapi pengelolaannya tak menjawab kebutuhan dunia pariwisata.

Pikiran saya, kalau pengusaha Malaysia diijinkan mengelola Danau Toba maka wajah Danau Toba pasti mempesona mata dunia. Yang pertama berdiri adalah bandara internasional di bukit pulau Samosir untuk jalur Asia. Semua perusahaan penerbangan internasional boleh masuk mulai dari yang terdekat yaitu Singapore, Kuala Lumpur dan Bangkok. Kemudian pembenahan layanan hotel, perbankan, jaringan komunikasi, pusat keriangan seperti Sky Way dari Pulau Samosir ke Parapat serta menara sehebat Twin Tower akan dibangun di puncak pulau.

Layanan wisata sekelas Pulau Langkawi, layanan rumah sakit sekelas pulau Penang akan ada termasuk transportasi darat dan danau melebihi di Genting Highland lengkap dengan bus tingkat terbuka Parapat Beach Tour Hop-On Hop-Off, sedang di pulau Samosir perbaikan jalan lintas pulau akan ditingkatkan, sehingga berbagai even bisa diselenggerakan di seluruh pulau seperti di pulau Langkawi Malaysia. Ini baru pemikiran, tapi bila ini menjadi nyata semua kota di tepian Danau Toba bahkan di Sumatera Utara akan mengalami kemajuan ekonomi yang pesat. Dampak kemajuan Danau Toba merambah ke segala bidang melebihi saat dimulainya pembangunan PLTA Sigura-gura dulu.

Tak terbayangkan, bila pikiran ini bukan hanya khayalan. Saya yakin rencana pembangunan jembatan penghubung Jawa dengan Sumatera senilai 25 triliun rupiah bisa dikaji ulang, kalau hanya untuk mengangkat ubi, pisang dan buah duku dari Sumatera ke Jawa, apalagi aroma politik dari pejabat yang punya bisnis kapal yang menghalang-halangi rencana pembangunan itu kurang meresponi, takut bisnis mereka mati, baiklah disimpan sementara dan alihkan pada bisnis global dari Danau Toba mencapai seluruh dunia !

Dimana-mana dunia membangun industri pariwisata moderen tetapi kita tak mengadakan terobosan-terobosan besar di kawasan pelancongan kita. Coba lihat seorang pengusaha kedai kopi yang tak mau mencat ulang dinding kedainya, juga membiarkan hiasan-hiasan di kedai itu penuh sawang-sawang dan tak pula mengganti gelas dan sendok minum yang sudah tampak berkarat kekuning-kuningan termakan usia, yakinlah.lambat-laun pelanggan tak lagi muncul…tak ada pembaharuan dan membosankan, …akhirnya tutup !

Mari, hindarilah kondisi seperti ini yang banyak menghinggapi kawasan wisata kita. Modal atas keindahan alam dan fasilitas cukup luarbiasa. Hanya bagaimana memulihkan serta meningkatkan kualitas layanan wisata perlu ada solusi, mencari investor asing dalam meningkatkan mutu seluruh layanan wisata, termasuk promosi supaya publik tahu kegiatan Danau Toba perlu dibuat. Karena Malaysia dan Singapore yang sudah maju dalam industri pariwisata, tetap gencar berpromosi melalui media elektrik dan cetak. Di setiap pusat perbelanjaan, counter bank, toko buku, hotel, stasion monorail dan kereta api, restoran, terminal bus, bandara dan pusat informasi pelancongan di beberapa sudut kota anda dengan mudah mendapat layanan informasi wisata berikut buku-buku panduan wisata dalam jumlah yang banyak dan lengkap.


BERANIKAH KITA UNTUK MAJU ?

Bicara wisata Malaysia memang jagonya. Kubangan bekas galian pasir saja mereka sulap jadi tasik kecil sebagai kawasan wisata lingkungan. Dalam bisnis kelapa sawit saja mereka telah membangun banyak areal kebun dan kilang sawit melebihi milik kita. Di Sumatera dan Kalimantan kita telah memberi peluang pengelolaan sawit untuk Petronas, kenapa kawasan-kawanan wisata yang hidup segan mati tak mau, karena tak ada daya untuk mengelola tidak diserahkan kepada mereka, toh hasilnya untuk kemajuan kita juga ? Tahun tujuh puluhan kita sudah bekerja sama dengan Jepang membangun PLTA Sigura-gura dari Danau Toba juga, tapi kita tidak mensynergikannya dengan industri pelancongan yang dalam waktu yang bersamaan pada tingkat Asia sudah dikuasai Malaysia dan Singapura.

Jadi, beranikah kita untuk maju ? Pertanyaan sangat menantang. Meski ada resiko dan biaya yang sangat besar tapi hal yang terbesar akan terjadi sepanjang sejarah. Bila obrolan di awal tahun 2010 di atas kapal Sumber ini benar-benar terjadi, bukan saja industri pelancongan yang tumbuh subur, saya yakin hasil pertanian seperti sayur-mayur, buah-buahan, ikan mas yang dinanti-nanti di Malaysia dan rempah-rempah dari sekitar danau akan di ekspor ke Malaysia. Universitas dan rumah sakit ternama di Malaysia pun akan membuka cabangnya di sekitar danau karena sebagaimana yang kami lihat hampir seluruh kawasan wisata di Malaysia dibangun college yang berhubungan dengan industri pariwisata. Lebih dari pada itu, ikatan kekeluargaan antara orang melayu Malaysia dengan melayu Sumatera sangat kuat. Termasuk dengan orang batak yang sejak dahulu sudah menjadi saudara dan keluarga bagi orang Malaysia. Terbukti untuk kawasan perniagaan di Chow Kit Kuala Lumpur banyak kita jumpai orang batak, bahkan para pedagang di pulau Penang banyak orang-orang Tionghoa asal Medan. Ikatan persaudaraan ini akan sangat menguntungkan kedua negara yang bersebelahan dan serumpun.

Masalahnya, apakah pemerintah, tokoh agama dan adat serta masyarakat khususnya orang batak di kawasan Danau Toba menangkap visi ini ? Karena dunia pun mengakui soal industri wisata Malaysia tak perlu diragukan lagi. Dan apa yang didambakan Hana, si bungsu yang menyaksikan danau di tanah asal para datuknya, yang hari ini nampak gersang dan tak seperti cerita ayahnya di masa lampau, barangkali beberapa tahun ke depan akan menjadi sebuah impian yang menjadi kenyataan….Sebuah kemajuan tengah terjadi di kawasan Danau Toba, sebagai kawasan industri pariwisata bertaraf internasional dan kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang termasuk menjadi pusat seni budaya dan misi internasional, dalam usaha pekabaran Injil dari Danau Toba, Tanah Batak sampai ke ujung-ujung bumi !...


3 komentar:

  1. Danau Toba, memang sungguh mempesona. Dari keindahan Danau Toba inilah sehingga banyak turis-turis dari berbagai belahan dunia datang dan menikmati keindahan panoramanya.

    Hanya bila kita lihat sekarang, atmosfir pariwisata Danau Toba memang menurun, apalagi bila kita melihat kemajuan dunia pariwisata di beberapa negara tetangga seperti Singapore, Malaysia, Thailnd dan Vietnam.

    Indonesia harus menata kembali kawasan wisata Danau Toba sebagai magnet penarik pengunjung ke Sumatera. Jangan hanya fokus pada pulau Bali, tapi benahilah juga Danau Toba, sehingga apa yang kita tawarkan pada dunia ini lengkap dan membuat keuntungan yang merata bagi masyarakat. Artinya bila wisata Danau Toba maju, perekonomian masyarakat di sana juga maju dan banyak yang boleh ditingkatkan di sana sebagaimana yang kami paparkan dalam tulisan induk ini.

    Pemerintah pusat, daerah, tokoh endidikan, tokoh agama dan masyarakat sekitar, kaum isnis harus bekerja sama menata kembali kawasan industri pariwisata Danau Toba...

    Putra-putri Batak yang ada di berbagai belahan dunia juga harus pro aktif memperkenalkannya kepada khalayak ramai dalam berbagai bentuk. Mungkin memasukkannya dalam blog, facebook, vcd, majalah, dan lain sebagainya...

    Kita harapkan Danau Toba bangkit, dan jadi berkat, sebab Tuhan telah menanam Injil-Nya di tanah yang indah dan mempeosona itu...

    BalasHapus
  2. JALAN JELEK PICU TURUNKAN KUNJUNGA WISATA DANAU TOBA

    Wisatawan asing kurang minat berkunjung ke Danau Toba karena buruknya jalan menuju ke daerah tujuan wisata di sekitar Danau Toba.

    Pemerintah diminta segera memperhatikan hal ini dan melakukan perbaikan. Bla tidak jangan menyesal...wisatawan mancanegara tak kan pernah mengeluarka uangnya masuk Indonesia apalagi hanya melihat Danau Toba...

    Duta Besar Belanda untuk Indonesia Dr Nikolas Van Dam pernah menyampaikan kepada Gubernur Sumatera Utara H. Syamsul Arifin di gubernuran Jalan Sudirman, Rabu (5/5/10, "Sumut memiliki objek wisata yang bisa diandalkan, seperti Danau Toba dan Berastagi. Namun, karena jeleknya jalan dari Medan menuju kawasan Danau Toba, wisatawan (terutama dari Belanda) jadi kurang minat melancong ke sana."

    “Para wisatawan tidak merasa nyaman. Padahal Danau Toba sangat indah. Salah satu cara untuk meningkatkan kunjungan wisatawan asal Belanda dan Eropa lainnya adalah memperbaiki infrastruktur jalan menuju ke Danau Toba,” katanya.

    Nikolas juga menyampaikan keinginan pemerintahnya untuk meningkatkan kerjasama di berbagai bidang, terutama bidang pariwisata dengan Provinsi Sumatera Utara. Usai kunjungannya ia berharap, banyak wisatawan asal Eropa, terutama Belanda berkunjung ke Sumut dan Danau Toba.

    "Banyak faktor penarik antara Belanda dengan Indonesia seperti hubungan historis. Malah bila kita cek sekitar 30 persen warga negara Belanda punya hubungan keluarga dengan bangsa Indonesia, termasuk orang Bataknya” tambahnya.

    BalasHapus
  3. Tahun baru ini 2011 kami tidak pulang kampung, bertepatan dengn pelayanan ke Malaysia, namun kami berkumpul sekeluarga di Duri Riu da Kota Pinang Sumatera Utara, tepat pada pertengahan Desember 2010...

    BalasHapus