Terimalah Berita Baik melalui internet anda !

"But when the Holy Spirit comes upon you, you will be filled with power, and you will be witnesses for me in Jerusalem, in all of Judea and Samaria, and to the ends of the earth..."Acts 1:8






Dengarkan Siaran ASIANCROSS Radio Pemenang !









3.10.2012

CERITA LAMA ANAK RAJAMALIGAS

Syalom, inilah....
CERITA LAMA ANAK RAJA MALIGAS, SEPUTAR PENGINJILAN MASA LALU
By. Hotben Siahaan, M.Min


                                                                     ~Hotben Siahaan, pelayanan di rumah panjang Telinting, Lubok Antu, Sarawak, Malaysia



“Oleh sebab itu tuliskanlah nyanyian ini dan ajarkanlah kepada orang Israel, letakkanlah di dalam mulut mereka, supaya nyanyian ini menjadi saksi bagi-Ku terhadap orang Israel. “Ulangan 31:19


PENDAHULUAN

Banyak perubahan yang terjadi di seputar dunia musik, khususnya musik gereja. Kalau kuingat, tiga puluh tahun yang lalu waktu masih tinggal bersama orangtua dan keluargaku di kampungku Rajamaligas, Kecamatan Hutabayu Raja, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, aku sering mendengar di ladang-ladang pertanian, para gembala memainkan musik kecapi, gitar, cukulele, seruling dan gendang bambu dengan gembira. Di sela-sela menjaga ternak gembalaannya, mereka duduk di bawah pohon mangga sambil mendendangkan lagu-lagu gereja disamping lagu-lagu rakyat.

Menjelang sore para gembala pulang, lalu pada malamnya mereka bergabung dengan anak-anak kampung yang sudah bersiap-siap berlatih drama musikal yang ceritanya dari Alkitab, sedang orang-orang tua juga mulai berkumpul di teras-teras rumah, membuat tikar sambil menceritakan kembali firman Tuhan yang beberapa minggu sebelumnya dikhotbahkan di gereja masing-masing.

Penduduk desa kami amat harmonis satu dengan yang lainnya. Tak ada yang menonjolkan diri, mereka saling tolong-menolong dan penuh sukacita, hati masyarakatpun begitu, aman-aman saja. Padahal kala itu desa kami belum lagi diterangi PLN dari PLTA Sigura-gura yang airnya mengalir deras dari Danau Toba dari hulunya di kota Porsea degan sungai Asahan yang membedah bukit dan jurang hingga bermuara ke kota Tanjung Balai Asahan. Tapi kalau malam tiba lingkungan desa tampak hidup, sangat terang walau hanya dengan lampu petromaks, semprong atau lampu kaleng susu bekas yang diisi minyak tanah.

PERANAN PENGINJIL DESA

Namanya di desa, hiburan sekecil apapun pasti dikerumuni massa. Kala itu tukang obat keliling yang beroperasi malam hari yang orang kampung menyebutnya ' Tukang Koyok atau Parjamila' pasti ramai dikerumuni massa. Juga hadirnya group seni drama Opera Batak yang dipentaskan kala panen padi tiba, wow….ramai sekali percis seperti rombongan sirkus yang kita lihat sekarang. Mereka bisa mengadakan panggung opera hingga berbulan-bulan dan mereka juga suka menyampaikan pesan-pesan moral dan kisah-kisah legenda saja tapi soal penginjilan tidak walau mereka orang batak. Lalu bagi karyawan perkebunan sawit PN VII Mayang di seberang kampung kami, setiap bulannya ada pekan atau pajak sore di masa gajian besar karyawan. Karyawan dan warga kampung lain juga ramai berdatangan, berbelanja dan sekaligus menikmati lagu-lagu pop melayu dari musik band perkebunan itu yang dikenal cukup punya nama di lingkungan perusahaan perkebunan sawit di Sumatera Utara.

Desaku memang penuh kesahajaan. Kita dibuai dengan alam yang sejuk, tanam-tanaman yang subur, sungai yang mengalir bening dan bersih, aroma bunga-bungaan dan sedapnya ragam buah-buahan khas Sumatera, ya mangga, durian, pisang, nanas, salak, cempedak, labu atau jelok, jambu klutuk, markisa, jeruk, papaya, rambutan dan sangat banyak lagi. Sayur-mayur dan penyedap rasa yang bikin kita sehat juga tak terbilang, ada kol, buncis, wortel, labu siam atau jipang, paria, nasi-nasi, sayur pahit, daun singkong, kacang panjang, bayam, kangkung, kentang, ragam cabai, ragam bawang yang merah dan putih, daun bawang, merica, lada, kemiri – muncang, kayu manis, yang sangat nikmat apalagi bila disantap dengan nasi olahan para petani di dataran rendah di desa-desa di kecamatan Tanah Jawa yang sejak tahun tujuhpuluhan terkenal dan membawa keharuman Sumatera Utara.

Itulah gambaran betapa indahnya kehidupan di desa. Keramahan warga, kegotong royongan, dan hal-hal yang baik mudah kita temukan. Orang haus akan hiburan dan juga berita-berita dari kota, apalagi kalau ada kegiatan evangelisasi yang sekarang lazim disebut Kebaktian Pekabaran Injil - KPI atau Kebaktian Kebangunan Rohani - KKR, wou…warga sangat antusias. Setiap ada kegiatan semacam ini pasti warga senang menyambutnya. Sejak pagi mereka sudah bergairah menanti sang fajar tiba di ufuk barat menyongsong pesta penginjilan yang digelar di halaman-halaman rumah  dan diterangi oleh lampu-lampu petromaks dan obor bambu.

Seperti hiburan lain yang dipenuhi para pengunjung, tak kalah ramainya penginjilan juga dipenuhi pengunjung-pengunjung dan jemaat-jemaat Tuhan dari berbagai organisasi gereja.Dari kampung-kampung lainpun berduyun-duyun datang bahkan sampai ada yang menginap tidur di rumah penduduk. Mereka sangat dipuaskan dengan pelayanan hamba-hamba Tuhan yang datang dari daerah lain. Padahal kalau dibandingkan dengan masa kini, sangat jauh berbeda. Hamba Tuhan itu datang biasanya dua orang saja. Dengan pakaian yang rapih, rambut tersisir dengan minyak yang cukup mereka datang penuh wibawa walau mendayung sepeda unta lengkap dengan lampu torpedo yang masih terang, dan untuk melengkapi pelayanan mereka, mereka membawa beberapa alat musik yang unik; accordion, gitar akustik yang kecil dan marakas  sejenis alat musik perkussi yang diputar-putar di telapak tangan dan beberapa buku-buku kecil untuk dibagikan kepada jemaat-jemaat yang hadir.

Sekalipun kehadiran hamba Tuhan ini nampaknya biasa-biasa, tanpa sound system bahkan tanpa undangan selebaran, tapi penyertaan Tuhan lewat mereka luarbiasa. Setiap kampanye Injil yang disertai dengan nyanyian-nyanyian gembira yang luarbiasa, ada banyak mukjizat yang Tuhan nyatakan. Mereka berdoa dengan penuh kuasa sehingga banyak orang yang mau didoakan. Yang sakit, kerasukan setan, ladang-ladang, sawah, perternakan, anak-anak sekolah mereka doakan sehingga banyak pula yang menerima Yesus dan mereka dibabtiskan.

Kegiatan pekabaran Injil dan musik-musik gereja yang diajarkan dan diwariskan para pekabar Injil itu membuat suasana desa semakin indah, jauh berbeda dengan apa yang dilakukan group opera, parjamila atau group musik band tadi. Efek yang terjadi amat dahsyat. Dimana-mana kita mendengar nyanyian-nyanyian gereja yang baru diajarkan itu, dan tidak tanggung-tanggung, di kedai kopi dan kedai tuakpun kita mendengar alunan lagu gereja. Sepanjang hari suasana desa dipenuhi nyanyian rohani, desa dipenuhi kemuliaan Tuhan. Tidak tanggung-tanggung banyak  bapak-bapak yang diingatkan untuk kembali kepada Tuhan melalui lagu itu, dan mereka mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus.

Berbarengan dengan kegiatan misi penginjilan dan alunan musik yang mewarnai desa, ternyata bukan pola hidup manusia saja yang berubah tetapi, tanaman-tanaman  pertanian juga tak mau ketinggalan. Tanam-tanaman tumbuh subur. Dedaunan menari, bunga-bunga tersenyum, buah-buah menyembah serta pohon-pohon ikut melompat, agungkan Sang Pencipta…

Maka tak heranlah, hasil pertanian seperti padi, kopi, ubi, singkong, cengkeh, sayur-mayur, buah-buahan, peternakan, ikan, ayam, itik, kerbau, kuda, babi memberi hasil yang sangat memuaskan. Oleh karena itu, perubahan dalam pola rumah tinggalpun semakin membaik, bangunan rumah yang semula dari bilik bambu berubah menjadi papan dan selanjutnya dibangun dari bahan batu beton. Bahkan pendidikan anak-anakpun meningkat tajam, ada banyak yang menjadi sarjana dan rata-rata anak desa menyelesaikan studi hingga tingkat SMU. Ada yang bekerja di perusahaan swasta, di pemerintah, guru atau dosen, polisi, militer atau berwiraswasta bahkan tidak sedikit yang menjadi pendeta, penginjil dan pemimpin lembaga pendidikan Kristen dan pelayanan..

HARAPAN YANG TERSISA

Dimana-mana kujumpai bahwa setiap kawasan penginjilan akan masuk pada tahap kritis. Bila para pendahulu tidak mempersiapkan generasi penerus melalui pendidikan dan pelatihan para pelayan maka api Injil yang pernah menyala-nyala maka suatu masa bisa pudar. Diperlukan usaha memajukan tanah Injil itu dengan berbagai macam bidang pelayanan, termasuk sekolah penginjil, penerbitan, perpustakaan, balai misi, training centre untuk berbagai macam pelatihan pelayanan dan lainnya seperti pelatihan musik, stasion radio, penerbitan dan sebagainya.

Dalam konteks kampungku yang hari ini, tiga puluh tahun sudah berlalu, cerita menjadi lain. Nyanyian di ladang-ladang sudah tak terdengar dan perkumpulan anak-anak berlatih drama serta orang-orangtua bercerita Injil di teras rumah, nyaris punah. Lalu bila kutatap ke hamparan ladang-ladang di belakang rumah kami di Rajamaligas Tanah Jawa Simalungun Sumatera Utara, yang nampak hanya pohon-pohon kering, tidak ada jagung, tidak juga padi. Bangunan kuburan dengan salib yang tinggi begitu kontras di antara pohon-pohon kering sehingga burung-burungpun sulit berteduh apalagi mencari sebutir padi-padian untuk menyambung hidupnya. Ia dahaga, dan sangat lapar, karena itu untuk berkeciaupun ia tak ada tenaga apalagi bernyanyi memuji Tuhannya ? Ironis !

 

1 komentar: