Terimalah Berita Baik melalui internet anda !

"But when the Holy Spirit comes upon you, you will be filled with power, and you will be witnesses for me in Jerusalem, in all of Judea and Samaria, and to the ends of the earth..."Acts 1:8






Dengarkan Siaran ASIANCROSS Radio Pemenang !









7.10.2008

KESAKSIAN PEMUSIK JADI PENGINJIL



Sumber Kesaksian: Hotben Siahaan

JAWABAN.com

Sejak kecil, musik sudah melekat dalam diri Hotben, seorang pemuda asal Medan. Bakat ini ia warisi dari ayahnya yang adalah seorang pemain band sehingga ia sendiri sejak SD sudah berkecimpung di dunia musik. Tamat SMA, Hotben berangkat ke Jakarta. Namun bukannya menuntut ilmu di salah satu universitas seperti yang ia dan orangtuanya rancangkan semula, dia malah fokus pada musik karena baginya itu jauh lebih menarik ketimbang kuliah. Kegagalan kuliah ini sempat membuat orangtua Hotben kecewa. Bagaimana tidak, uang kuliah malah ia habiskan untuk membeli alat-alat musik dan membentuk sebuah band.Namun tanpa disangka, band yang ia bentuk sempat sukses tampil di media massa dan melakukan show keliling di berbagai kota di Indonesia termasuk di kota kelahirannya, Pematang Siantar.

Ketika konser disana, seluruh keluarga besar Hotben terheran-heran menyaksikan pagelaran musik tersebut. Namun bukannya bangga, mereka malah meminta Hotben pulang kerumah setelah show. Dirumah, mereka memperlakukan Hotben seperti anak kecil. Ia disuruh tidur dan disitu mereka berdoa kepada Tuhan dengan isi doa yang aneh. Hotben mendengar doa itu: “Aku berdoa kepada Tuhan supaya anak ini bangkrut dan hancur karirnya!”.Hotben kembali ke Jakarta dengan hati yang kecewa terhadap orangtuanya. Ia masih sempat main musik di beberapa hotel di Jakarta dan juga rekaman. Tapi setengah tahun kemudian semua bos-bos musik tutup buku dan tidak ada lagi yang mau mengundang dirinya. Dan akhirnya, bangkrutlah Hotben.Dalam keadaan bangkrut, Hotben kemudian meninggalkan Jakarta, menikahi seorang wanita dan membawanya ke kota Rengasdengklok.

Disana mereka hidup sangat sederhana. Istrinya membuat makanan sedangkan Hotben harus berdagang telor asin dan agar-agar. Untuk melakukannya, ia harus naik sepeda keliling kampung dan menyebrangi sungai.Suatu ketika dalam keadaan terdesak karena anak pertamanya akan lahir dalam kondisi keuangan yang sangat mendesak, Hotben mengirim surat dan meminta bantuan kepada orang tuanya. Tapi balasannya sangat menyakitkan: “Tak ada lagi uang dan kamu tak perlu ingat lagi apa yang ada di kampung halamanmu! Kamu berusahalah sendiri. Kalau kamu mau hidup, hiduplah, kalau kamu mau mati, matilah”.

Dan kenyataan yang harus ia hadapi ialah tidak ada teman atau keluarga lagi yang mau membantunya. Semua seolah-olah menjauh dari hidupnya.Menjelang kelahiran anaknya, Hotben yang setiap hari minimal bisa membawa uang walaupun sedikit tidak bisa membawa pulang apapun karena dagangannya tidak laku. Ia lemas duduk di bawah singkong. Namun tiba-tiba ia teringat akan ayahnya, bagaimana baiknya ayahnya semasa ia remaja. Apapun yang Hotben minta pasti dipenuhi. Kuliah di Jakarta, membeli gitar, dan lain-lain, semua adalah pemberian ayahnya. Namun sekarang? Dalam keadaan sangat sedih Hotben mengambil sepedanya, mengayuh cepat sambil berteriak-teriak: “Bapak, aku mau pulang!!”.Di ujung jalan, Hotben bertemu dengan seorang bapak. Bapak itu menghentikan sepeda Hotben dan berkata: “Bukankah kamu Hotben?”.

Bertemu dengan kenalan dalam keadaan seperti itu membuat Hotben sangat malu. Namun Bapak itu dan istrinya lalu mulai mengajaknya ke gereja karena memang mereka adalah sepasang suami istri pendeta. Mereka memberi nasehat bagi Hotben untuk kembali lagi kepada Tuhan dan mencari Tuhan. Hotben mendayuh sepedanya pulang dan sore itu juga ia mengambil keputusan untuk pergi ke gereja. Di gereja ia hanya duduk karena lagu-lagupun tidak ia kenal berhubung sudah 7 tahun Hotben tidak pernah lagi ke gereja. Namun saat itu ia mulai teringat akan semua dosa-dosanya. Ia sadar bahwa ia telah jauh meninggalkan Tuhan. Saat itu kasih Tuhan kembali hidup dalam diri Hotben. Untuk pertama kali setelah sekian lama Hotben memanggil: “Tuhan Tuhan tolong aku!”. Dan disitulah Hotben tiba-tiba mengalami ketenangan sekalipun ia tidak mengerti lagu-lagu yang tengah dinyanyikan. Dia mengalami perjumpaan kembali dengan Tuhan dan disitu ia tahu bahwa Tuhan sangat mengasihi dirinya.“Tuhan tidak meninggalkanku, sekalipun, sedetikpun. Ia sayang kepadaku….”(nat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar