Terimalah Berita Baik melalui internet anda !

"But when the Holy Spirit comes upon you, you will be filled with power, and you will be witnesses for me in Jerusalem, in all of Judea and Samaria, and to the ends of the earth..."Acts 1:8






Dengarkan Siaran ASIANCROSS Radio Pemenang !









7.09.2008

KERANAMU MALAYSIA


Opini


Hotben Siahaan, M.Min
Alumni Saint John University Jakarta
Anggota Yayasan Karya Cipta Indonesia
Pelayan di Komunitas Orang Asli Suku Laut Riau
Pencinta kebudayaan Melayu ASEAN
Pencipta lagu, Penata Musik, Produser Lagu rohani
Pelatih Musik Gereja di Indonesia, Malaysia dan Thailand
Traveller zona wisata ASEAN


Seperti peribahasa Melayu menyebut, “ Lupa kacang pada kulitnya “, barangkali itulah yang sedang menggerogoti pikiran beberapa oknum di tanah Semenanjung ini. Padahal kalau kita urut-urut tentang karakter suku bangsa Melayu, sebagaimana dituliskan oleh seorang pemimpin besar bangsa Melayu, Raja Ali Haji pada Gurindam 12 pasal 5 ayat pertama berkata, “ Jika hendak mengenal orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasa “, paralel dengan itu tertulis pula di papan elektronik di jalan-jalan utama kota Kuala Lumpur dengan kalimat “ Budi Bahasa Budaya Kita “, ternyata itu tak lebih hanya sebaga teks bergerak yang maknanya sudah usang di tengah-tengah suku bangsa Melayu, yang pada masa-masa lampau dikenal, sopan berbicara, lembut, dan tak suka membuat pertengkaran.

Seperti yang kami amati akhir-akhir ini, paling tidak ada tiga kasus yang terjangkit dari Malaysia. Kasus lagu Rasa Sayange yang diklaim sebagai karangan orang Malaysia, pelecehan HAM terhadap istri diplomat kita, yang ditahan karena tidak membawa paspor, padahal sudah menunjukkan kartu identitas sebagai isteri pejabat RI di Kuala Lumpur dan kesenian Reog Ponorogo yang disebut sebagai kesenian barongan milik Malaysia.

Bayangkan saja seorang istri diplomat yang punya pendidikan, pengalaman dan wibawa sabagai seorang istri pemimpin saja diperlakukan sedemikian rendah. Malah bapak Adnan Buyung Nasution pengacara kondang negeri ini, mengalami perlakuan tak manis pula di bandara Changi Singapore ? Lalu kalau orang hebat saja mengalami hal yang getir bagaimana pula dengan TKI yang tak berpengalaman, dan selalu takut bila berjumpa dengan police atau customs ? Bukankah mereka akan dipaksa mengeluarkan uang ringgit atau dipukuli kalau coba-coba berargumentasi atau melarikan diri ?

Sebagai seorang pelancong dan pencinta kebudayaan Melayu sejak tahun 2003 di hampir seluruh Malaysia baik area barat maupun timur, saya prihatin melihat perubahan perilaku Melayu yang ada di negeri serantau ini terutama di lingkup security dan perilaku keluarga-keluarga yang sangat arogan dan sombong kepada kaum migran.miskin dan lemah.

Revolusi Pendidikan

Sebuah ungkapan lama bahwa bila muncul masalah kita dengan Malaysia kita banyak kali berkoar, dulu Malaysia belajar ke Indonesia, dulu Indonesia lebih maju dari Malaysia, dan dulu, dulu dan dulu. Namun kita lupa kalau masa itu adalah masa revolusi pendidikan yang dicanangkan Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Muhammad di era 80-an, yang mensponsori putra-putri Malaysia bersekolah di Australia, Eropah, Amerika, dan Jepang, bahkan ke Indonesia. Kemudian bila lulus mereka harus bekerja di negeri asing itu mencari pengalaman dan tidak lama kemudian harus kembali membangun Malaysia dengan bayaran yang sangat tinggi.

Inilah pengakuan langsung kepada kami oleh seorang dosen di Universitas Terbuka Johor Bahru Malaysia yang menyebut mutu kampusnya setara dengan universitas di negeri-negeri barat, dengan jaminan setiap siswa yang ingin melanjutkan ke program master dapat secara otomatis diterima, berbeda dengan dari Indonesia yang harus mengikuti test tambahan untuk kesetaraan, seperti pengalaman seorang mahasiswa Indonesia alumni Universitas Jakarta yang mengambil program master jurusan Sospol di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), serta seorang Insinyur alumni UGM yang bekerja sebagai programmer di perusahaan minyak Shell Petroleum Dubai dan Kuala Lumpur, dan keduanya mengakui bahwa banyak mata kuliah kita yang harus mengalami tranformasi, sebab tak up to date terutama di bidang IT.

Malaysia Truly Asia
Jujur saja, sebagai pelancong yang cinta seni budaya Melayu yang telah menjelajahi 25 provinsi Indonesia dan 5 negara ASEAN, khususnya di kawasan wisata, bila kubanding-bandingkan Malaysia dengan Indonesia tidak ada apa-apanya. Visi mereka memang besar sehingga terlalu gegabah mengklaim Malaysia Truly Asia, padahal faktor alam mereka hanyalah rekayasa dan jauh jika diadu dengan pesona Bali, Batam dan Bintan, Borobudur, Lombok, Danau Toba, Nias, Bangka, Flores, Banda, Bunaken, Gunung Bromo, Puncak Jaya Wijaya serta sederet kawasan wisata kita dari Sabang sampai Merauke.

Lihatlah kembali peta kepulauan Indonesia yang berderet dari Sabang sampai Merauke berikut kekayaan bawah laut, bukankah keindahan serta kekayaan itu yang memikat koloni asing ingin menguasai Indonesia jadi miliknya ? Bahkan Adolf Bastian pun kagum sehinngga menulis nama Indonesia dari kata India dan Nesus di bukunya.

Bukalah hati dan lakukan inovasi

Saya tidak habis pikir, mengapa pejabat kita giat belajar ke luar negeri menghabiskan banyak uang negara dengan alasan study banding, tetapi tidak bisa melahirkan satu karya dari hasil perjalanan itu ? Padahal seorang pedagang asal Minangkabau yang sudah berumur 50 tahun dan tidak ada pendidikan bisa membuat terobosan ke Malaysia, Singapore hingga Thailand. Ia berkisah, sejak awal perjalanan dia sudah dapat ide untuk menjual kain songket di negeri jiran, dan sampai sekarang terus ia lakukan.

Sebagai seorang pelayan komunitas orang-orang asli di kawasan Bintan Kepulauan Riau dan sesekali mengajar musik di Malaysia, Brunei dan Thailand, kami melihat beberapa hal yang perlu kita benahi berkenaan dengan kasus Indonesia dengan Malaysia, seperti :

1. Membenahi sistem pendidikan, dari dasar hingga perguruan tinggi. Terutama kepada sarjana-sarjana lulusan luar negeri dari barat atau dari timur supaya meneliti ulang dan melaksakan hasil riset mereka sesuai jurusan masing-masing bagi kemajuan pendidikan yang akhirnya bermuara ke pada kemajuan bangsa.

2. Membuka home schooling, bagi anak-anak TKI di beberapa kota di Sabah Malaysia Timur, karena ternyata ada banyak anak-anak TKI yang tidak dibolehkan sekolah di sekolah kerajaan karena orang tua mereka TKI illegal, sementara umur anak-anak sudah 12 tahun-an.

Memang beberapa keluarga menyebut kerajaan tidak memfasilitasi ruang sekolah, tetapi kalau pemerintah RI dan TKI mau memfasilitasi sendiri baik kelas maupun pengajar tidak ada masalah, keraaj masih memberi peluang be3rsekolah bagi anakj-anak TKI.

3. Image Malaysia Truly Asia !, sebagai brand
penarik wisatawan asing tak perlu kita takuti.
Karena kita tahu yang mereka jual hanyalah Twin Tower sebagai ikon Malaysia di Kuala Lumpur, gedung-gedung tua peninggalan Portugis di Malaka, jembatan pulau Pinang yang panjangnya 13,5 km, pulau Pinang dengan wisata kesehatan, pulau Langkawi dengan flora faunanya dan Genting Highlands dengan kasinonya, itu saja !

Tapi karena sadar lahan tak luas dan melihat bisnis pariwisata Asia yang selama ini dikuasai Bali Indonesia, merekapun mendapat visi besar Malaysia Trully Asia, dengan begitu dunia cepat melirik apa kehebatan Malaysia. Dari situ mereka bangkit dan membangun semua sarana dan prasarana untuk mengalihkan perhatian turis-turis mancanegara melirik dan meninggalkan dollar dan euro-nya di Malaysia.

Ingat saja, bahwa tatkala Bali digoncang bom, 12 Oktober 2003, Pantai Sorakhe Nias digulung gempa dan Tsunami 2004 hingga Yogyakarta dan Pangandaran dihantam gempa, Malaysia dengan serta merta menata semua kawasan wisata mereka, termasuk menjadikan kubangan kerbau jadi danau yang menghasilkan dollar. Sedang kita, membiarkan danau Toba gersang, Taman Mini Indonesia Indah jadi sarang penyamun dan gedung peninggalan VOC di pelabuhan Sunda Kelapa hanya sekedar tempat minum kopi saja sementara jembatan gantung kota Intan di Jakarta Kota Tempo Doeloe hanya pangkalan ojek dan tempat berjualan batu-batu cincin yang tak bernilai.

Untuk merenovasi dan mengubahnya menjadi emas yang sangat mahal kita mesti kerja keras mengangkat semua potensi pariwisata nasional, terutama untuk mensukseskan Indonesia
Visit Year 2008.

4. Dalam hal bisnis minyak kelapa sawit, yang belum lama ini dilaporkan Koran SINDO, menyebut Malaysia akan membangun 200 SPBU di tanah air, perlu mendapat perhatian orang-orang di lingkup industri ini. Sebab seingat saya, tahun 70-an saja, orang-orang di kampung kami di dekat kebun kelapa sawit PN IV Mayang Simalungun Sumut, sudah pandai mengolah limbah sawit itu menjadi sabun batangan dan minyak rambut. Tetapi sampai sekarang, mengapa kita tak membangun pabrik untuk mengolah CPO crude palm oil itu menjadi barang jadi yang pada akhirnya memberi lapangan kerja bagi angkatan kerja serta keuntungan bagi negara.

Kita melihat, bangsa ini kurang sadar bahwa ia sesungguhnya seperti seekor anak burung rajawali yang bisa terbang tinggi dan membangun rumahnya di atas bukit batu, akan tetapi karena ia tinggal di sarang ayam, maka rajawalipun bertingkah seperti anak-anak ayam. Karena beberapa pengusaha dan pengelola perkebunan sawit di Rokan Hilir Riau menyebut, cukong-cukong dan pemerintah kita tak mampu bernegoisasi di tingkat dunia, karena sudah terlanjur dikuasai Malaysia dan Singapura. Maka selamanya kitapun tergantung kepada trik bisnis negeri jiran itu.

5. Di bidang perkayuan, yang sampai saat ini tetap seperti pertempuran kucing dengan tikus. Inipun sesuatu yang tidak masuk akal. Bahwa di beberapa kilang kayu di Malaysia baik di semenanjung maupun timur, kami menemukan di setiap kilang ada ratusan TKI yang bekerja sebagai buruh kasar yang selalu teriris hati bila mereka mengetahui bahwa kayu-kayu yang mereka kerjakan itu adalah kayu hasil curian
dari Indonesia yang dikerjakan oleh orang Indonesia dan akan diekspor ke Amerika, Eropah oleh cukong-cukong kilang itu. Padahal kalau ini dikerjakan sendiri oleh kita, berapa banyak dollar yang kita peroleh dan tenaga kerja yang merasakan manfaatnya ? Dan bukan hanya itu, mental buruh, kuli harus kita ganti menjadi mental industriawan mandiri.

Malahan kalau mau meraih peluang, pengusaha Indonesia saja yang membuka kilang dan memasarkannya dari Malaysia sampai ke ujung-ujung bumi, supaya para mahasiswa kita yang kuliah khususnya di Malaysia bisa berpraktek bisnis dan memanfaatkan TKI kita sendiri, jadi jangan hanya mengejar selembar ijazah dan cari gengsi di negeri orang.

Hal ini pula yang memacu kami untuk melakukan sesuatu yang berarti ketika melayani di Malaysia. Kami boleh berbagi pengetahuan dan ketrampilan khususnya di bidang musik. Beberapa bulan kami berlatih bersama para TKI, mahasiswa, pelayan Tuhan dan memproduksi VCD, traktat rohani. Hasilnya lumaya, kami boleh menyebarkannya ke bebabagai kota di Malaysia, Brunei hingga Thailand.

6. Dalam hal Teknologi Informasi dan Komunikasi, yang menyebut-nyebut Malaysia salah satu negara terunggul di Asia, memang boleh kita akui. Baik dalam hal memproduksi, memasarkan, menggunakan memang sepertinya demikian. Tetapi ini adalah hasil pacuan dari kesadaran akan lahan yang sempit serta penduduk yang sedikit. Dengan demikian mereka harus menggunakan semua instrument kerja terakses dengan system komputer berteknologi tinggi. Dari system mengajar di kelas hingga membayar biaya tol dan bahan bakar semua menggunakan komputer yang terakses langsung dengan bank, yang mereka sebut touch n go !
Cara seperti ini tentu akan lebih baik dari pada cara manual, yang mengakibatkan lambat dan jam ! Seperti yang biasa kita alami di SPBU
dan pintu tol di Jakarta bahkan kota-kota lainnya di tanah air. Sebagai penjual perangkat keras dan perangkat lunak serta alat-alat elektronik yang unggul, Malaysia memang dipengaruhi keunggulan penataan zona market yang pada akhirnya melahirkan image unggulan baik harga, kwalitas maupun
kuantitas. Seperti contoh plaza Imbi di Kuala
Lumpur, yang menjadi pusat peralatan komputer dan elektronik termurah di Asia itupun mereka lakukan untuk menarik para konsumen dari seluruh dunia termasuk pedagang pasar Mangga Dua, Glodok yang menjadi langganan tauke-tauke di sini.

Keranamu Malaysia
Sejak Malaysia menganggap dirinya sebagai negara maju, maka semangat serumpun bangsa melayu itupun mulai pudar. Padahal bila Siti Nurhaliza asal Pahang itu atau Ami Search si pelantun Isabella bertandang ke tanah air, kitapun sangat menyayangi mereka seperti seorang saudara di komunitas musik ASEAN.

Akan tetapi mengapa kaum marjinal para TKI asal Riau, Medan Deli dan pulau Bangka yang juga rumpun melayu harus mengalami perlakuan tak manis di negeri ini sehingga sering kali mereka meminjam slogan yang dipampang di sepanjang jalan utama Kuala Lumpur, Keranamu Malaysia mereka tambahkan menjadi Keranamu Malaysia aku menderita, Keranamu Malaysia aku tertekan bathin, Keranamu Malaysia aku tersiksa…
Keranamu Malaysia nasi lemakmu tak bikin ku Kenyang, Karenamu Malaysia teh tarikmu bikinku mual dan Keranamu Malaysia ….?

Sebagai seorang pelancong yang sering berjumpa dan tinggal bersama anak-anak Indonesia di camp-camp project Malaysia, jiwa nasionalispun bangkit membela anak-anak bangsa yang tertindas di Malaysia. Keranamu Malaysia yang congkak bongkah, kami bangkit menjaga hak cipta karya anak Indonesia kau klaim sebagai ciptaanmu, bahkan keranamu Malaysia yang menganggap rendah dan memandang sebelah mata kepada putra-putri Indonesia di negerimu sendiri, karena mereka lemah, dan kamu jadikan budak dan sasaran pelampiasan sifat keangkuhanmu, maka suatu saat dunia akan melihat suatu perputaran sejarah bahwa baik seni, musik, sains, reog, batik hingga tempe yang seluruh bangsa-bangsa akan mencari, belajar dan mengasihi Indonesia termasuk kamu jiran dan sahabat yang lupa kacang pada kulitnya, lupa asal dan rimbanya.

Sebab, Tuhan tidak membiarkan orang-orang pilinan-Nya ditindas, dihina dan dipermalukan. Karena Tuhan akan memunculkan orang-orang perkasa untuk membangkitkan bangsanya di tengah-tengah bangsa dunia sama seperti tampilnya Musa di negeri Mesir, dan Daud kecil di Israel. Sebab tak selamanya anak rajawali berdiam di sarang ayam, karena Tuhan akan menggocangkan sarang itu untuk memaksa anak rajawali terbang bagaikan anak panah untuk mencabik semua lawannya dan membangun komunitasnya di tempat yang tinggi !

Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa. Amsal 14:34. /hot.




























2 komentar:

  1. Ini tulisan pertama mengenai kunjunganku ke Malaysia...ada hal yang positif meski ada pula yang negatif.

    Bila kita mau maju, belajarlah dari kedua-duanya tapi ambil yang baik buang yang buruk, namun semuanya tetap berguna sebagai pelajaran....

    Seburuk apapun dari seorang manusia dan sebuah bangsa atau negara pasti ada yang baik...karena itu melihat sisi-sisi terbaik bahkan terburuk sekalipun tidak ada salahnya karena semua ada manfaatnya walau nantinya tak semua kita boleh pakai....

    Nantikan tulisan berikutnya !

    BalasHapus
  2. segenggam pengalaman sejak 2003 memasuki Malaysia. Tak semua indah malah tak semua buruk, tapi aku bicara apa adanya....sekedar membuka wawasanku dan catatan pribadiku, kalau anda senang boleh untuk pengetahuan sambil minum kopi dan sepotong roti !

    BalasHapus